Mengenal Polusi Partikulat PM2.5 dan PM10 - Penyebab Menurunnya Kualitas Udara

Climate4life.info - Mengenal Polusi Partikulat (Particulate Matter - PM) PM2.5 dan PM10 - Penyebab Menurunnya Kualitas Udara


Jika kita merasakan mata perih atau kulit terasa gatal saat berada di luar ruangan bisa jadi kita  telah terpapar polusi jenis PM2.5 dan PM10  ini.

Kita tahu bahwa polusi udara penyebab menurunnya kualitas udara kita berasal dari  berbagai sumber seperti aktivitas manusia dan juga dari alam.

Polusi udara akibat aktivitas manusia seperti asap pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Adapun polusi udara yang bersumber dari  dari alam  seperti debu yang tertiup angin, asap dari kebakaran semak dan letusan gunung berapi.

Udara kabur karena polusi Partikulat di atmosfer.
Gambar: pixabay.com


Polusi udara akan memengaruhi kualitas udara kita yang tentunya berdampak pada kesehatan. Ukuran kualitas udara disebut Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang dalam standar internasional dinamakan Air Quality Index (AQI).


WMO menyebutkan dengan adanya kenyatan penurunan kualitas udara dan peningkatan masalah kesehatan, banyak negara telah memulai program pemantauan kualitas udara, jaringan pemantauan hujan asam,  pemantauan ozon hingga model prakiraan kualitas udara.


Standar kualitas udara dalam ISPU ditentukan oleh keberadaan lima zat racun di udara yaitu Polusi Partikulat padat (Particulate Matter - PM) PM2.5 dan PM10, Karbon Dioksida (CO2), Sulfur Dioksida (SO2), Ozon (O3) dan Nitrogen Dioksida (NO2).

Pada artikel kali ini kita akan membahas Polusi Partikulat (PM) PM2.5 dan PM10 , salah satu dari lima zat racun yang memengaruhi kualitas udara kita.



Apa itu Polusi Partikulat (Particulate Matter)

Polusi Partikulat diserap dari kata Particle pollution namun lebih dikenal sebagai Particulate Matter atau PM.

Polusi Partikulat atau Particulate Matter ini merupakan zat mikroskopis berupa padatan ataupun tetesan cairan yang mengambang di atmosfer dan dapat bertahan hingga berminggu-minggu.

Karena bersifat mikroskopis polusi Partikulat atau Particulate Matter tidak akan terlihat oleh mata telanjang.

Beberapa jenis polusi Partikulat terlepas ke atmosfer langsung dari sumber tertentu, sementara Partikulat lainnya terbentuk melalu reaksi kimia yang rumit di atmosfer.


Partikulat yang menjadi polusi  juga zat racun dan menyebabkan menurunnya kualitas udara tersebut terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran.

Ukuran Partikulat yang membawa dampak langsung pada kesehatan adalah yang berukuran diameter kurang 2,5 mikrometer (PM2.5) dan 10 mikrometer (PM10).

Perbandingan ukuran polusi Partikulat PM2.5 dan PM10 terhadap sehelai rambut seperti terlihat pada gambar berikut.

Ukuran polusi Partikulat PM2.5 dan PM10 terhadap sehelai rambut.
Sumber : airnow.gov


Para ahli memperkirakan saat ini ada sekitar 10 juta ton polusi Partikulat padat yang mengambang di udara kita.

Deposisi polusi Partikulat pada logam, kayu, batu dan bahan lainnya dapat menyebabkan kekotoran dan perubahan warna dan degradasi fisik dan kimia bahan tersebut melalui reaksi partikel asam.

Dampak yang mudah terlihat adanya polusi Partikulat adalah kekaburan udara yang menyebabkan berkurangnya jarak pandang dan berkurangnya kualitas udara.



Sumber Polusi Partikulat

Secara umum polusi Partikulat yang masuk ke atmosfer berasal dari berbagai sumber. Secara spesifik berdasarkan ukurannya, polusi Partikulat atau Particulate Matter bersumber dari:


PM2.5

Particulate Matter dengan ukuran kurang 2,5 mikrometer (PM2.5) merupakan umumnya bersumber dari dari semua jenis pembakaran, termasuk kendaraan bermotor, pembangkit listrik, pembakaran kayu di perumahan, kebakaran hutan, pembakaran pertanian, dan beberapa proses industri.

Partikel ini sangat halus dan hanya bisa terlihat dengan mikroskop elektron. Polusi Partikulat PM2.5 ini dijadikan acuan oleh AirVisual untuk merilis polusi udara di kota-kota dunia. Baca di sini

Nilai Ambang Batas (NAB) atau batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien atau udara permukaan untuk  PM2.5 adalah sebesar 65 ugram/m3.



PM10

Yang disebut PM10 adalah Particulate Matter dengan ukuran lebih dari 2,5 mikrometer dan kurang dari 10 mikrometer. Sumber Partikulat "kasar" PM10 antara lain "mold", spora, serbuk sari, dan debu dari jalanan beraspal ataupun tidak beraspal.

Nilai Ambang Batas (NAB)  untuk  PM10 adalah sebesar 150 ugram/m3.

Pemantauan kualitas udara berdasarkan polusi partikel PM10 pada laman BMKG




Dampak Polusi Partikulat 

Pada Kesehatan

Paparan polusi Partikulat PM2.5 dan PM10  dapat menyebabkan berbagai efek kesehatan bagi manusia. Paparan dalam jangka pendek ataupun jangka panjang memberikan dampak serius pada manusia.

Mengutip dari AirNow.gov,  paparan jangka pendek Partikulat polusi PM2.5 dan PM10  dalam jam atau hari dapat memperburuk penyakit paru-paru, menyebabkan serangan asma dan bronkitis akut, dan juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi pernapasan.

Pada orang yang memiliki riwayat penyakit jantung, paparan jangka pendek meningkatkan resiko serangan jantung dan aritmia. Pada anak-anak dan orang dewasa yang sehat belum dilaporkan adanya efek serius dari paparan jangka pendek. 

Resiko yang muncul berupa iritasi ringan sementara ketika tingkat Partikulat meningkat.

Paparan jangka panjang Particulate Matter PM2.5 dan PM10, bagi kelompok orang yang hidup selama bertahun-tahun dalam daerah dengan tingkat polusi Partikulat tinggi adalah berupa meningkatnya masalah kesehatan seperti penurunan fungsi paru-paru dan peningkatan potensi bronkitis kronis hingga kematian dini.


Pada Lingkungan

Menurut Epa.gov polusi Partikulat PM2.5 dan PM10  dapat menyebar ke tempat yang jauh oleh angin dan kemudian mengendap di tanah atau air. 

Bergantung pada komposisi kimia selanjutnya, efek dari pengendapan ini dapat meliputi:

  • meningkatkan kadar asam air danau dan sungai
  • mengubah keseimbangan nutrisi di perairan pantai dan daerah aliran sungai yang besar
  • menipiskan nutrisi dalam tanah
  • merusak hutan sensitif dan tanaman pertanian
  • mempengaruhi keanekaragaman ekosistem
  • berkontribusi terhadap efek hujan asam.


Tips Mengurangi Resiko Paparan Polusi Partikulat

Pada saat polusi Partikulat PM2.5 dan PM10  mulai berada pada lebel kurang sehat dan berpotensi terus memburuk, airnow.gov menyarankan tips sebagai berikut:
  • Beraktivitas dalam ruangan yang memiliki penjernih udara
  • Tidak melakukan kegiatan yang berat
  • Menghindari kegiatan dalam ruangan yang dapat meningkatkan polusi Partikulat dengan cara :
    • Mengurangi sumber partikulat seperti perapian, lilin dan kompor
    • Tidak merokok
  • Menggunakan masker jika terpaksa harus melakukan kegiatan di luar rungan

---000---

Demikian ulasan mengenai Polusi Partikulat (Particulate Matter - PM) PM2.5 dan PM10 , salah satu zat racun penyebab menurunnya kualitas udara di sekitar kita.



Referensi

Ulasan mengenai Polusi Partikulat atau Particulate Matter diolah dari :
  • AirNow : Air Quality Index (AQI) Basics
  • EPA -  Environmental Protection Agency : Particulate Matter (PM) Pollution
  • WMO : Guidelines on Biometeorology And Air Quality Forecasts

Dukung Kami
Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan yang ada dan digunakan untuk operasional blog ini.
Jika menurut anda artikel pada blog ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

26 Comments

  1. saya jadi lebih paham tentang polusi udara, ga sebatas yang bersifat gas, tapi juga bersifat partikel yang ukurannya mulai dari 2,5 mikrometer.

    ReplyDelete
  2. Ha? Itu partikelnya kecil-kecil banget! Apa bisa tersaring oleh masker dokter yang biasa dijual itu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Minimal mengurangi jumlah yang masuk ke tubuh secara langsung

      Delete
  3. banyak juga jumlah polusi partikel di udara. dampak nya juga mengerikan.
    kira2 sudah ada penelitian utk membuat alat penangkal polusi blm ya? lumayan juga tuh kalo semisal ada alatnya.

    tapi kalo secara alami sih sebenernya polusi udara itu bisa diserap sama tanaman sansiviera. semestinya disepanjang jalan ditanami sansiviera utk mengurangi polusi tersebut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Penangkalnya bisa jadi berupa peralatan2 yang ramah lingkungan dengan gas buangan seminimal mungkin.

      Secara umum memang tanaman bisa mereduksi polutan yang ada di udara

      Delete
  4. Sayang, aku kadang masih suka malas pakai masker, padahal sudah siap masker di tas. Hal ini dikarenakan jarak dari rumah ke kampus cuma 3 km, jadi rasanya "ah cuma bentar". Tapi, ternyata di jalan masih aja kadang ketemu orang merokok sembarangan, truk yang asapnya banyak banget, sampai lain-lainnya.

    Tapi, baca ini... kok jadi pengen lebih rajin maskeran ya, setidaknya mengurangi polusi udara yang masuk. Tapi, beruntung rumahku jauh dari orang merokok, jadi seger terus rumah, cuma dapur aja dari kompor.

    ReplyDelete
    Replies

    1. Senangnya kalo di rumah gak ada asap rokok, selain segar juga gak bau. Untuk jakarta sih mba sebaiknya maskeran deh kalo di area publik hehehe

      Delete
  5. chemical sekali. Kalau ditempat kerja kami ada tempat yang banyak bakteri kolinya suka ditempat lembab, tidak asam tidak basa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas, bakteri itu bukannya banyak di maaf pup?

      Delete
  6. Masker yang seperti apakah yang disarankan agar tidak terpapar partikel yang kecil-kecil ini Bang Day?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada banyak kok di jual di toko onlen. keywordnya masker anti debu dan partikel

      Delete
  7. Nambah ilmu seputar polusi udara. Saya baca juga ternyata dampak positif blackout (pemadaman listrik massal) seharian itu adalah berkurangnya tingkat polusi, terutama di Jakarta...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Namun di sisi lain perusahaan2 besar mengaktifkan gensetnya yang sama menambah polusi juga mas

      Delete
  8. Informasinya sangat bermanfaat, terimakasih.

    ReplyDelete
  9. Dulu kala masih tinggal di Bandung, saya mudah lelah dan mata perih serta wajah mendadak kusam jika berada di jalan. Saya sendiri kala itu tetap tidak terbiasa dengan polusi udara di Bandung; Padahal kala kecil masih bebas polusi dan setelah remaja berubah banyak.
    Jadi, kalau ada acara jalan-jalan ke mal, pulangnya mata terasa perih. Bawaan pengen tidur saja. Sekarang Bandung lebih parah, mungkin saya juga butuh masker jika lewat tempat yang tidak ada pohonnya.
    Sekarang saja sebagai orang kampung jika turun gunung ke kecamatan, hasil akhirnya adalah kelelahan. Balubur Limbangan merupakan wwilayah antarkota-antarprovinsi di Garut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. meningkatnya jumlah penduduk diiukuti peningkatan jumlah kendaraan bermotor, industri, perubahan lahan tak pelak meningkatkan polusi udara di sekitar kita bu. Kadang seolah rindu kembali ke masa kecil yah dmn kendaraan masih sedikit dan pohon masih banyak hehe

      Delete
  10. kalau kota kelahiran saya masih bersih pak belum ada industri soalnya kendaraan bermotor juga blum terlalu padat semoga masih begitu nanti kalau sudah pulang kesana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah senangnya kalo gitu, bisa bernafas dengan lega dan segar yah

      Delete
  11. sama gak ya terpapar gerimis menyebabkan demam, klo hujan deras malah cenderung sehat kata orang.

    Sebenarnya yang menarik adalah isu lingkungan hidup. Biasanya perusahaan lebih terfokus pada tanah dan air, dan hanya menyisakan sedikit perhatian terhadap polusi udara. Terbukti dengan sistem sertifikasi: Tanah dan air memiliki sertifikat penanganan lingkungan, sedangkan udara hanya memiliki bukti prosedur penanganan. Kita tidak menuduh itu fiksi, hanya saja tanpa kekuatan campur tangan hukum bagaimana ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. soal beda efek gerimis dan hujan deras karena disitribusi panas yang diterima tubuh tidak sama - dari segi fisika hehehe.

      Ya mungkin karena kita dalam menangani lingkungan masih parsial kali yah mas, belum terintegrasi jadi satu

      Delete
  12. polusi terajdi di daerah2 industri seperti gresik dan kota2 industri lain..
    nah.. klo udah gini hrus gimana min.. soalnya polusi sudah jadi makanan sehari2..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk masalah penanganan polusi memang tidak bisa hanya 1 pihak dan 1 daerah saja. musti kerjasama semua pihak.

      Soal industri akan terkait banyak hal

      Delete
  13. polusi sudah jadi baisa di kota2 besar ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum tentu juga sih, bergantung pengelolaan kotanya

      Delete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.