Fase MJO & OLR Terkini

Climate4life.info - Fase MJO terkini dan Citra OLR terkini bersumber pada laman CPC NOAA, sebagaimana tersaji pada gambar di bawah ini.

Pola Angin Hari Ini

Fase MJO Terkini | NOAA


Diagram fase yang menunjukkan evolusi penjalaran MJO dalam 40 hari terakhir serta prakiraan MJO untuk 15 hari kedepan berdasarkan dari constructed analogue (garis hijau), autoregressive model (garis biru), dan lagged linear regression (garis merah).

Garis tebal (tipis) mewakili prakiraan model statistik masing-masing untuk 7 hari pertama (8 hari terakhir).
Gambar: NOAA

Citra OLR Terkini | NOAA


Prakiraan MJO terkait OLR anomali untuk 15 hari ke depan dari prakiraan analog yang dibangun berdasarkan prakiraan RMM1 dan RMM2.

Nuansa biru (kuning / merah) menunjukkan anomali OLR negatif (positif) yang berarti peningkatan (penurunan) konveksi. Prakiraan tidak termasuk kontribusi langsung dari mode iklim lain seperti ENSO, musim hujan, dll. - hanya MJO.
Gambar: NOAA

 

1. Mengenal  MJO

Gambar 1 di atas adalah diagram fase MJO terkini, menunjukkan ilustrasi prediksi 15 harian fase MJO terkini. 

 
Fase MJO di atas yang dihasilkan oleh 3 model prediksi milik Climate Prediction Center (CPC) dari NOAA yaitu model CA, ARM dan PCL. 
 
MJO adalah singkatan dari Madden-Julian Oscillation atau Osilasi Madden Julian yang merupakan gangguan tropis yang merambat ke arah timur sepanjang daerah tropis dengan siklus 30-60 hari. 
 
Menurut kajian para ahli, MJO memberi dampak yang luas terhadap pola hujan di wilayah tropis dan sekitarnya, sirkulasi atmosfer dan suhu permukaan di sekitar tropis dan subtropis [1]. 
 
Terdapat bukti bahwa MJO mempengaruhi siklus ENSO, berupa kontribusi terhadap kecepatan terbentuknya serta intenstas dari episode El Nino dan La Nina [6]. 
 
Bagaimana cara membaca diagram fase MJO terkini di atas? 
 
Diagram fase MJO terkini tersebut terbagi menjadi 8, dengan notasi 1-8, yang merupakan pembagian zona yang dilewati MJO di sepanjang sabuk tropis, yaitu:
  • fase-1 di Afrika ( 210 derajat  BB – 60 derajat BT )
  • fase-2 di samudera Hindia bagian barat ( 60 derajat BT – 80 derajat BT )
  • fase-3 di samudera Hindia bagian timur ( 80 derajat  BT – 100 derajat BT )
  • fase-4 & fase-5 di benua maritim Indonesia ( 100 derajat BT – 140 derajat BT )
  • fase-6 di kawasan Pasifik barat ( 140 derajat BT-160 derajat BT )
  • fase-7 di Pasifik tengah ( 160 derajat BT – 180 derajat BT )
  • fase-8 di daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180 derajat – 160 derajat BB )

RMM1 dan RMM2 pada diagram fase MJO terkini di atas adalah singkatan dari Real-time Multivariate MJO series 1 dan series 2.

Indeks RMM dihitung berdasarkan proyeksi dari prediksi atau analisis empirical orthogonal functions (EOFs) dari outgoing longwave radiation (OLR) dan rata-rata angin zonal pada lapisan 200 dan 850 hPa antara 15°N and 15°S [2].

Jika indeks RMM berada dalam lingkaran maka MJO dinyatakan bersifat lemah. Jika berada diluar lingkaran maka MJO dinyatakan kuat dimana biasanya akan bergerah berlawanan arah jarum jam yang menunjukkan pergerakan MJO dari barat ke timur [3].

Perbedaan warna pada garis tunggal pada diagram di atas menunjukkan perbedaan bulan. Adapun 3 garis hijau, biru dan merah muda merupakan nilai prediksi dari masing model CA, ARM dan PCL [4].



2. Citra OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Salah satu indikator yang di gunakan memantau fase MJO adalah variasi OLR [5] sebagai terlihat pada Gambar 2 Citra OLR terkini di atas.

Nilai OLR diperoleh dengan menghitung banyaknya radiasi gelombang panjang yang diterima oleh sensor satelit cuaca.

OLR sendiri adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan dari bumi dan atmosfernya ke angkasa dalam bentuk radiasi termal.

Citra OLR terkini di atas merupakan pengolahan dari data rata-rata harian citra satelit polar milik NOAA yang secara real time datanya dapat diperoleh secara langsung dari National Centers for Environmental Prediction (NCEP).

Bagaimana membaca citra OLR terkini pada Gambar 2 di atas ?

Warna biru pada citra OLR terkini di atas menunjukkan anomali OLR negatif yang berarti radiasi yang sampai ke satelit cuaca lebih kecil.

Hal ini tentunya karena adanya halangan di atmosfer yang diasosiasikan dengan banyaknya awan akibat sistem konvekti menguat. Sebaliknya warna kuning ke merah diasosiasikan sedikit awan karena sistem konvektif terhambat.

Nilai prediksi citra OLR terkini di atas hanya menggambarkan pengaruh MJO saja, tidak menyertakan faktor iklim lain seperti monsun ataupun ENSO.

Propagasi awan yang ditunjukkan oleh baik  citra berwarna biru ataupun berwarna kuning ke merah akan terus bergerak ke timur sebagaimana definisi MJO, dimana perambatannya berada di sepanjang kawasan tropis.

Anomali curah hujan sering kali pertama kali terlihat di atas Samudera Hindia , dan secara nyata menyebar ke timur di atas perairan yang sangat hangat pada bagian barat dan tengah Pasifik tropis.

Di atas perairan samudera yang lebih dingin di Pasifik timur, pola curah hujan tropis umumnya menjadi tidak mencolok, tetapi sering muncul kembali di atas Atlantik tropis dan Afrika.

Bersamaan dengan variasi pada curah hujan tropis ini, terdapat pola anomali yang berbeda pada sirkulasi atmosfer bagian bawah dan bagian atas di daerah tropis dan subtropis. Kenampakan ini meluas ke seluruh dunia dan tidak terbatas pada belahan timur.


REFERENSI :
[1] CPC-NCEP-NOAA - Madden Julian Oscillation (MJO)
[2]ECMWF Feature Article - Simulation of the Madden-Julian Oscillation and its impact over Europe in ECMWF’s monthly forecasts
[3] BOM  - Madden-Julian Oscillation (MJO)
[4] CPC - Statistical MJO Forecasts
[5] BOM - RMM Methods
[6] NOAA - Madden Julian Oscillation Impacts

Post a Comment

0 Comments