Akses Citra Sebaran Curah Hujan berdasarkan Estimasi GSMaP

Climate4life.info | Citra sebaran curah hujan berdasarkan estimasi GSMaP

Pola Angin Hari Ini

Curah hujan 1 jam terakhir

Estimasi distribusi curah hujan 1 jam terakhir | @BMKG

Curah hujan 24 jam terakhir

Estimasi distribusi curah hujan 24 jam terakhir | @BMKG

Curah hujan perjam dalam 1 bulan

Estimasi Curah hujan rata-rata perjam dalam 1 bulan | @BMKG


Estimasi Curah Hujan GSMaP

GSMaP merupakan singkatan dari Global Satellite Mapping of Precipitation atau dengan kata lain pemetaan presipitasi (umumnya hujan) dari satelit cuaca/meterologi global.

Citra yang dihasilkan oleh GSMaP merupakan hasil olahan berupa penggabungan data dari beberapa satelit cuaca.

Pada beberapa sumber menyebutkan bahwa resolusi spasial GSMap mencapai 0,1 derajat perjam dan dapat diakses mendekati real-time.

Pada halaman citra satelit terkini, sudah kita tahu bersama bahwa satelit cuaca/meteorologi merupakan satelit buatan yang peruntukkan untuk memantau keadaan cuaca dan iklim bumi.

Satelit cuaca/meteorologi secara umum menghasilkan citra awan dan sistem perawanan.

Cahaya malam hari pada pemukiman atau perkotaan, kebakaran hutan dan lahan, polusi udara, cahaya aurora, badai pasir dan debu, tumpukan salju, pemetaan es, gelombang samudra, pembuangan energi, dll juga merupakan informasi yang dikumpulkan oleh satelit cuaca

Berdasarkan penjelasan pada laman GSMaP [3] disebutkan bahwa GSMap merupakan project yang diperkenalkan untuk penelitian pemetaan presipitasi dengan akurasi tinggi dan resolusi tinggi menggunakan data satelit.

Kegiatan GSMaP didanai oleh Core Research for Evolutional Science and Technology (CREST) dari Japan Science and Technology Agency (JST) selama tahun 2002 hingga 2007.

Selanjutnya Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) Precipitation Measuring Mission (PMM) Science Team mengambil alih pendanaan GSMaP mulai tahun 2007.

JAXA bertanggung jawab memublikasikan informasi curah hujan berbasis sebuah quasi real-time pada skala global [4]. 

Informasi tersebut bersumber dari data curah hujan dan perawanan dari beberapa satelit cuaca seperti Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM) sekarang bernama Global Precipitation Measurement (GPM), AQUA, Defense Meteorological Satellite Program (DMSP) dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).

Kemudian GSMaP membuat pemetaan curah hujan dengan tingkat presisi dan resolusi tertinggi di dunia saat ini di mana resolusi temporal adalah 1 jam dan resolusi spasial mencapai 0,1 derajat atau setara 10-11 km persegi.

Hasil pemetaan dipublikasikan dengan lag mendekati 4 jam dari saat pengamatan hujan dan perawanan oleh satelit cuaca.

Restec [4] lebih lanjut menjelaskan bahwa data GSMaP dapat digunakan untuk tujuan penelitian seperti analisis data jangka panjang, untuk memverifikasi model prakiraan dari Kantor Meteorologi Jepang (JMA) dan sistem prakiraan banjir pada negara-negara berkembang.



Studi verifikasi data GSMaP dengan data curah hujan observasi

Terbatasnya jaringan pengamatan hujan manual di darat menyebabkan peningkatan minat penggunaan data hasil pengamatan satelit cuaca untuk mengisi kekosongan data pada observasi manual dalam kaitan untuk menghasilkan analisis yang berkaitan dengan cuaca dan iklim.

Sebuah data satelit untuk dapat digunakan guna mendukung kegiatan operasional ataupun analisis cuaca dan iklim sejatinya harus melewati serangkaian pengujian dengan standar ilmiah.

Telah banyak studi yang bertujuan untuk mengkaji akurasi produk GSMaP seperti yang dilakukan oleh Nasyithah Az-zahra L [5] dalam tesisnya yang membahas tentang kajian curah hujan bulanan di pesisir barat Sumatera  menggunakan data GSMaP.

Data curah hujan GSMaP diuji dengan data curah hujan hasil observasi manual menggunakan metode statistik berupa uji  korelasi dan perhitungan RMSE. 

Kesimpulan yang dihasilkan bahwa data GSMaP dengan Data curah hujan manual mempunyai korelasi hubungan yang kuat mencapai  0.60-0.93 dan nilai RMSE berkisar 72-393.

Kajian lainnya dilakukan taruna STMKG Devalny Julinda Missy [6] yang memverifikasi data GSMaP dan data radar dengan curah hujan observasi di Manado.

Hasilnya menunjukkan bahwa estimasi curah hujan dari radar cuaca ternyata mengalami underestimate dan estimasi curah hujan oleh GSMaP menujukkan nilai overestimate terhadap curah hujan observasi manual di wilayah Manado.


Yohanes Ariyanto Wibowo [6] melakukan kajian yang sama pada wilayah Jakarta dan Bogor.

Secara umum menyimpulkan data estimasi hujan harian dan 10 harian dari GSMaP korelasinya hanya 0,2.

Untuk estimasi curah hujan bulanan korelasinya mencapai 0.6. 


Referensi:

[1] BMKG - Satelit
[2] BMKG -  Press Release
[3] GSMaP - Overview of GSMaP
[4] Restec - Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP)
[6] Yohanes Ariyanto Wibowo. 2010. Evaluasi Curah Hujan Gsmap dan TRMM TMPA dengan Curah Hujan Permukaan Wilayah Jakarta – Bogor. 

Dukung Kami
Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan yang ada dan digunakan untuk operasional blog ini.
Jika menurut anda artikel pada blog ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

6 Comments

  1. Oh, jadi laporan perkiraan cuaca secara global itu atas keputusan dari JAXA ...
    Hebat ya, negara Jepang bisa terpilih mewakili prakiraan cuaca semua negara.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Semoga estimasi lewat GSmap ini mendapatkan hasil positif ketika memetakan potensi curah hujan di wilayah kebakaran lahan. sedih lihatnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bang Doel. Smg segera turun hujan sehingga karhutla segera padam

      Delete
  4. keren semoga diberi yang terbaik https://unair.ac.id/airlangga-climate-internasional-webinar-series-20222-oleh-prodi-kesmas-sikia/

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.