Kapan Hari Raya Idul Fitri 2022 Pertama di Kawasan Asia Tenggara

Kapan Hari Raya Idul Fitri Pertama di Kawasan Asia Tenggara?

Oleh: Dadang Misbahudin


Penanggalan hijriyah merupakan penanggalan yang didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi yang lamanya 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik. Setelah dilakukan perhitungan secara cermat, diketahuilah bahwa dalam satu tahun sama dengan 354 hari 8 jam 48,5 menit yang kalau disederhanakan menjadi 354 11/30 hari.

Awal dari bulan penanggalan hijriyah ditandai dengan munculnya bulan sabit baru (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. 

Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut disempurnakan menjadi 30 hari.  Bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari, semuanya tergantung pada penampakan hilal.


MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) MABIMS mulai diadakan pada tahun 1989 di Brunai Darussalam. Salah satu isu penting yang menjadi perhatian MABIMS adalah penyatuan Kalender Islam Kawasan disahkan oleh Menteri-Menteri Agama 4 Negara Asia Tenggara

Agenda lainnya adalah untuk menyepakati kriteria kriteria untuk penentuan awal bulan baru dengan konsep Imkanur Rukyat dengan ketinggian hilal 3 derajat dan sudut elongasi bulan-matahari saat terbenam 6,4 derajat (secara singkat ditulis dan disebut IR 3-6,4).

Secara implementatif, putusan 3-6,4 ini bisa dua kemungkinan. Pertama akan menjadi opsi dan solusi oleh karena secara konsep lebih baik (lebih ilmiah, lebih logis) daripada konsep sebelumnya yaitu kriteria 2-3-8. Kemungkinan kedua justru akan menjadi masalah baru. Sebab tren selama ini, terutama di dua bulan krusial Ramadhan-Syawal, posisi hilal dengan ketinggian 2 derajat kerap ada yang melaporkan melihat, terutama dari kalangan jejaring rukyat Nahdlatul Ulama.

Dengan kriteria MABIMS baru (ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat) secara teoretis-otomatis akan menolak laporan dan atau kesaksian hilal dibawah ambang batas 3 derajat (dan sudut elongasi 6,4 derajat).

Prinsip bahwa awal bulan (kalender) Hijriyah terjadi jika: 
  1. Pada saat Matahari terbenam, ketinggian (altitude) Bulan di atas cakrawala minimum 3°.  Kriteia ini menggambarkan parameter gangguan cahaya syafak, dengan ketinggian ini diasumsikan gangguan syafak sudah berkurang.  Berdasarkan penjelasan Prof Thomas Djamaluddin gangguan ini bahkan menyebutkan lebih besar yaitu 5°.
  2. Sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan-Matahari minimum 6,4°, atau 3. Pada saat bulan terbenam,  dihitung sejak ijtima, untuk menentukan tebalnya hilal, pada ketinggian ini hilal sudah memungkinkan terlihat,  apabila parameter elongasi terlalu kecil maka hilalnya terlalu tipis yang berakibat sulit terlihat.
Jadi kedua kriteria di atas harus sama-sama tercapai dalam penentuan awal baru hijriah.


Bagaimana Peluang awal baru Syawal 1443 H?

Berdasarkan informasi hasil pertemuan para ahli falaq 4 negara Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Brunei dan Singapura)  berdasarkan analisis perhitungan hilal kemungkinan besar terjadi perbedaan waktu awal Syawal 1443 H, artinya ada perbedaan hari raya idul fitri pertama, mengapa hal ini terjadi?

Mari kita lihat  perhitungan ketinggian hilal BMKG.

1. Peta ketinggian hilal - BMKG


2. Peta elongasi - BMKG

3. Peta umur bulan - BMKG

Berdasarkan perhitungan ketinggian hilal pada tanggal 1 Mei 2022, yang dikeluarkan BMKG ketinggaian Hilal di kawasan Asia Tenggara,  khususnya di Indonesia saat matahari terbenam pada 1 Mei 2022, berkisar antara 3,79° di Merauke, Papua sampai dengan 5,57° di Sabang, Aceh. 

Derajat ketinggian hilal di atas sudah mencakup negara-negara Asia Tenggara ( Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam).


Secara kriteria Penentuan awal bulan baru kriteria ini sudah memasuki kriteria MABIMS,  akan tetapi kita juga perlu melihat kriteria ke-2 yaitu ketinggian elongasi di wilayah masing-masing negara.

Berdasarkan Perhitungan elongasi BMKG, pada tanggal 1 Mei 2022, di Indonesia saat matahari terbenam pada 1 Mei 2022, elongasi berkisar antara 4,88° di Oksibil, Papua sampai dengan 6,35° di Sabang, Aceh.  

Adapun untuk Malaysia berkisar antara 5,6°  sampai 6,2°, Singapura sekitar 6,05°, Brunei Darussalam sekitar 5,74°. 

Jika berdasarkan kesepakatan minimal 6,4°,  artinya semua negara masih kurang dari kriteria, akan tetapi khusus untuk Wilayah Indonesia masih berpeluang besar untuk terlihatnya hilal khususnya di wilayah barat Indonesia yaitu Sumatera bagian Utara. 

Sedangkan untuk wilayah Malaysia, Singapura dan Brunei ketebalan hilal sangat tipis saat pengamatan tanggal 1 Mei 2022, sehingga peluang terlihat akan kecil/sulit. Kesimpulan sementara untuk 3 negara ini akan memasuki 1 syawal tanggal 3 Mei 2022 karena menggenapkan Ramadhan menjadi 30 hari, sedangkan Indonesia berpeluang 1 syawal pada tanggal 2 Mei 2022.

Akan tetapi ini hanyalah analisis semata berdasarkan hasil perhitungan ketinggian hilal dan elongasi pada para ahli falaq pada saat matahari terbenam tanggal 1 Mei 2022. Keputusan akhir tetap menunggu hasil Sidang Isbat yang dilaksanakan pemerintah pada tanggal 1 Mei 2022.


Catatan:
#Dikutip dari berbagai sumber
#Foto fitur BMKG alert-info

Dukung Kami
Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan yang ada dan digunakan untuk operasional blog ini.
Jika menurut anda artikel pada blog ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

3 Comments

Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.