Climate4life.info - Tidak Hanya 3, Ini 9 Pola Hujan Terbaru di Indonesia Berdasarkan Data BMKG
Pengantar
Indonesia dikenal sebagai negara tropis yang memiliki kekayaan iklim dengan curah hujan sebagai salah satu karakteristik utamanya. Selama ini, pola hujan di Indonesia hanya dikenali melalui tiga pola utama, yaitu Monsunal, Ekuatorial, dan Lokal.
Namun, pemutakhiran normal iklim terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa pola hujan di Indonesia jauh lebih kompleks dibandingkan pemahaman konvensional tersebut.
Dengan mengombinasikan tiga pola utama ini dengan definisi musim kemarau dan musim hujan, BMKG mengidentifikasi adanya 9 pola hujan terkait musim yang menggambarkan karakteristik iklim Indonesia secara lebih rinci.
Penemuan ini penting untuk memahami dinamika iklim, memitigasi dampak bencana hidrometeorologi, serta merencanakan sektor-sektor strategis seperti pertanian, perikanan, dan tata kelola sumber daya air.
Memuat...
alert-successTiga Pola Utama yang Telah Lama Dikenal
Sebelum masuk pada penjelasan 9 pola hujan terbaru, mari kita tinjau tiga pola dasar yang sudah lama digunakan sebagai acuan karakteristik hujan di Indonesia.
1. Pola Monsunal
Pola ini biasanya berbentuk huruf “U”, di mana curah hujan tertinggi terjadi di awal dan akhir tahun.
Pada pertengahan tahun, curah hujan turun drastis akibat pengaruh angin monsun yang membawa udara kering dari Australia.
Pola ini paling dominan di wilayah selatan Indonesia, seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, yang dipengaruhi oleh sirkulasi angin monsun Asia dan Australia.
2. Pola Ekuatorial
Pola ini ditandai dengan dua puncak curah hujan dalam setahun yang berbentuk gelombang, biasanya terjadi saat periode peralihan angin pasat, yaitu sekitar Maret–April dan September–Oktober.
Wilayah-wilayah di sekitar garis khatulistiwa seperti Sumatera bagian tengah, Kalimantan, dan Papua seringkali memiliki pola ini.
3. Pola Lokal
Pola ini menyerupai bentuk huruf “Ʌ”, dengan satu puncak curah hujan tertinggi pada pertengahan tahun.
Pola ini umum ditemukan di wilayah yang lebih banyak dipengaruhi oleh karakteristik lokal seperti topografi pegunungan. Contohnya adalah beberapa wilayah di Sulawesi dan Maluku.
Definisi Musim Kemarau dan Musim Hujan
Untuk memahami pola hujan terbaru ini, penting untuk memahami definisi musim kemarau dan musim hujan yang digunakan BMKG.
Penentuan musim di Indonesia tidak hanya didasarkan pada waktu, tetapi juga pada jumlah curah hujan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Musim Kemarau
Musim kemarau adalah periode dalam satu tahun di mana curah hujan pada setiap dasariannya lebih sering berada di bawah 50 milimeter.
Musim kemarau ditetapkan berdasarkan dua kriteria utama:
- Terdapat minimal tiga dasarian berturut-turut (satu bulan penuh) dengan curah hujan kurang dari 50 mm per dasarian.
- Atau, total curah hujan dalam tiga dasarian tersebut harus kurang dari 150 mm, dengan curah hujan pada dasarian pertama juga kurang dari 50 mm.
Musim kemarau sering terjadi di wilayah yang terpapar pengaruh angin monsun dari Australia yang bersifat kering.
Musim Hujan
Musim hujan adalah periode dalam satu tahun di mana curah hujan pada setiap dasariannya lebih sering sama dengan atau lebih dari 50 milimeter.
Musim hujan ditetapkan jika:
- Terdapat minimal tiga dasarian berturut-turut dengan curah hujan sama atau lebih dari 50 mm per dasarian.
- Atau, total curah hujan dalam tiga dasarian tersebut harus mencapai atau melebihi 150 mm, dengan curah hujan pada dasarian pertama juga harus sama atau lebih dari 50 mm.
Musim hujan seringkali didominasi oleh pengaruh angin monsun Asia yang membawa udara basah dari Samudera Hindia.
9 Pola Hujan Terkait Musim di Indonesia
Matriks Klasifikasi Pola Hujan
Berdasarkan kombinasi tiga pola utama hujan dengan definisi musim kemarau dan musim hujan, BMKG mengidentifikasi adanya 9 pola hujan terkait musim yang lebih detail, seperti pada matriks ini.
Musim | Monsunal | Ekuatorial | Lokal |
---|---|---|---|
Musim Hujan sepanjang tahun | Monsunal-1 | Ekuatorial-1 | Lokal-1 |
1 kali Musim Hujan dan 1 kali Musim Kemarau | Monsunal-2 | Ekuatorial-2 | Lokal-2 |
2 kali Musim Hujan dan 2 kali Musim Kemarau | Ekuatorial-4 | Lokal-4 | |
Musim Kemarau sepanjang tahun | Lokal-5 |
Berikut penjelasannya atas pembagian 9 tipe pola hujan di atas.
Pola 1: Monsunal-1
Pola Monsunal dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun tanpa adanya musim kemarau yang signifikan.
Ini terlihat dari tidak adanya curah hujan bulanan yang kurang dari 150 mm.
Pola ini jarang terjadi di Indonesia, namun dapat ditemukan di beberapa wilayah dengan pengaruh angin monsun yang konsisten membawa uap air.
Umumnya terdapat di bagian utara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, bagian Barat Kalimantan Timur dan keseluruhan Kalimantan Utara
Umumnya terdapat di bagian utara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, bagian Barat Kalimantan Timur dan keseluruhan Kalimantan Utara
Pola 2: Monsunal-2
Pola Monsunal yang lebih umum, di mana terdapat dua musim utama yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Wilayah seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat banyak menunjukkan pola ini dengan tegas.
Termasuk juga Sumatera bagian Selatan, bagian selatan Kalimatan, serta pada beberapa wilayah di Sulawesi dan Papua.
Wilayah NTT umumnya berpola Monsunal-2 ini namun dengan periode kemarau yang jauh lebih panjang dibandung musim hujan. Karenanya iklimnya juga kering dengan corak sabana atau padang rumput.
Wilayah seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat banyak menunjukkan pola ini dengan tegas.
Termasuk juga Sumatera bagian Selatan, bagian selatan Kalimatan, serta pada beberapa wilayah di Sulawesi dan Papua.
Wilayah NTT umumnya berpola Monsunal-2 ini namun dengan periode kemarau yang jauh lebih panjang dibandung musim hujan. Karenanya iklimnya juga kering dengan corak sabana atau padang rumput.
Pola 3: Ekuatorial-1
Pola Ekuatorial dengan dua puncak hujan namun pada tipe ini ditandai dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun.
Wilayah dengan pola ini tidak mengalami musim kemarau, terlihat dengan curah hujan bulanan yang sepanjang tahun yang selalu lebih dari 150 mm.
Pola Ekuatorial-1 ini terdapat di sepanjang pantai barat Sumatera mulai dari Sumatera Utara hingga Bengkulu, sisi barat Kalimantan Barat dan pada bagian barat Papua.
Pola Ekuatorial-1 ini terdapat di sepanjang pantai barat Sumatera mulai dari Sumatera Utara hingga Bengkulu, sisi barat Kalimantan Barat dan pada bagian barat Papua.
Pola 4. Ekuatorial-2
Terdapat dua puncak hujan sebagaimana pola ekuatorial umumnya, namun terdapat beberapa bulan dengan curah hujan kurang dari 150 mm sebagai periode musim kemarau.
Puncak musim hujan terjadi pada sekitar November-Desember-Januari.
Pola ini terjadi di sebagian besar di Sumatera bagian utara utamanya di sisi timur Bukit Barisan, bagian utara dan selatan Sulawesi Tengah dan sebagian besar Maluku Utara.
Pola 5. Ekuatorial-4
Pola Ekuatorial yang unik dengan dua musim kemarau dan dua musim hujan dalam satu tahun, meski secara umum curah hujannya tidak terlalu tinggi.
Pola ini biasa ditemukan pantai timur Sumatera bagian utara, bagian tengah wilaya barat Sulawesi Utara, bagian selatan Gorontalo, pantai timur Sulawesi Tengah.
Selain itu terdapat juga beberapa wilayah kecil di Sulawesi Selatan dan juga Maluku.
Pola 6. Lokal-1
Pola Lokal dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun di mana puncak hujan terjadi pada sekitar Juni-Juli-Agustus pada saat sebagian besar wilayah Indonesia justru dalam periode kemarau.
Pola ini terdapat di wilayah Maluku, bagian barat Papua Barat Daya dan bagian utara dan selatan Papua Selatan.
Pola 7. Lokal-2
Pola Lokal namun terdapat musim hujan dan musim kemarau. Puncak musim hujan terjadi pada sekitar Juni-Juli-Agustus.
Adapun puncak musim kemarau terjadi pada sekitar September hingga November.
Pola ini ditemukan pada wilayah timur Sulawesi Tengah dan pantai timur di Sulawesi Selatan serta pada beberapa wilayah kecil di Maluku dan Papua.
Pola 8. Lokal-4
Pola Lokal dengan dua musim kemarau dan dua musim hujan.
Puncak musim hujan utama terjadi pada sekitar Juni-Juli-Agustus yang langsung diikuti musim kemarau pertama pada September-Oktober.
Puncak musim hujan utama terjadi pada sekitar Juni-Juli-Agustus yang langsung diikuti musim kemarau pertama pada September-Oktober.
Musim hujan kedua dan kemarau kedua umumnya lebih pendek.
Pola ini ditemukan pada sisi barat "kepala burung" Papua Barat Daya.
Pola 9. Lokal-5
Pola Lokal dengan musim kemarau sepanjang tahun.
Hal ini terlihat di mana curah hujan bulanan hampir seluruhnya kurang dari 150 mm perbulan.
Hal ini terlihat di mana curah hujan bulanan hampir seluruhnya kurang dari 150 mm perbulan.
Pola ini ditemukan di Kota Palu dan sekitarnya sebagai dampak faktor lokal yang sangat dominan.
Corak iklim umumnya bertipe sabana dengan padang rumput yang luas.
Peta Sebaran Pola Hujan Berdasarkan Zona Musim
Sebaran 9 pola hujan di Indonesia yang merupakan pemutakhiran normal musim oleh BMKG seperti terlihat pada gambar berikut.
Mengapa Pola Hujan Perlu Dipahami dengan Lebih Mendalam?
Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap berbagai fenomena hidrometeorologi, seperti banjir, kekeringan, dan longsor, yang sangat bergantung pada pola hujan.
Pemahaman pola hujan yang lebih mendetail tidak hanya membantu dalam prediksi cuaca, tetapi juga dalam: Perencanaan Pertanian Pola hujan yang berbeda membutuhkan strategi tanam yang berbeda pula.
Misalnya, pola Ekuatorial-4 dengan dua musim hujan memerlukan perencanaan tanam dua kali dalam setahun. Manajemen Sumber Daya Air Pengelolaan bendungan, irigasi, dan penyediaan air bersih sangat tergantung pada waktu dan intensitas hujan.
Mitigasi Bencana Pemahaman pola hujan dapat membantu dalam pencegahan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.
Dampak 9 Pola Hujan terhadap Kehidupan
Dampak terhadap Pertanian
Petani yang memahami pola hujan di daerahnya dapat menentukan waktu tanam dan jenis tanaman yang cocok.
Misalnya, pola Monsunal-2 lebih cocok untuk tanaman padi, sedangkan pola Lokal-5 mungkin lebih cocok untuk tanaman tahan kering seperti jagung.
Dampak terhadap Infrastruktur
Pola Ekuatorial-1 dengan curah hujan sepanjang tahun dapat meningkatkan risiko erosi dan kerusakan infrastruktur, sedangkan pola Monsunal-2 memerlukan pengelolaan drainase yang baik untuk mencegah banjir musiman.
Dampak terhadap Kesehatan
Pola hujan yang berubah-ubah dapat memengaruhi pola penyakit berbasis air seperti demam berdarah dan malaria.
Wilayah dengan pola Monsunal-1 atau Ekuatorial-1 mungkin memiliki risiko lebih tinggi.
Kesimpulan
Dengan adanya identifikasi 9 pola hujan terbaru ini, BMKG memberikan informasi yang lebih akurat mengenai dinamika iklim di Indonesia.
Pemahaman ini sangat penting untuk berbagai sektor, termasuk pertanian, tata kelola air, dan mitigasi bencana.
Pengetahuan tentang pola hujan tidak hanya membantu masyarakat untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, tetapi juga memungkinkan perencanaan yang lebih matang untuk mengurangi dampak negatifnya.
Dengan demikian, informasi ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan iklim di masa depan.
Referensi:
- BMKG - Buku Pemutakhiran Zona Musim Indonesia 1991-2020
- BMKG - Buku Prediksi Musim Hujan 2024-2025 di Indonesia
Kata kunci:
Indonesia rainfall
Rainfall patterns
Monsoonal climate
Equatorial rainfall
Rain distribution
2 Comments
Lumayan juga macam-macam pola hujan di Indonesia, ada sembilan pola yang berbeda...
ReplyDeleteMonsunal 2 ni yang harus diperhatikan biar banjir bisa diatasi.
Apakah kota Bogor termasuk pola monsual 1 karena sering hujan dan dijuluki kota hujan?
ReplyDeleteTerima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.