Mengenal Proses Adveksi Udara Dingin: Penyebab Fenomena Bediding Saat Kemarau di Selatan Jawa, Bali hingga NTT


Climate4life.info - Setiap musim kemarau, masyarakat di wilayah Indonesia seperti Jawa bagian selatan, Bali, hingga Nusa Tenggara kerap merasakan udara yang lebih sejuk yang dikenal dengan istilah Bediding. 

Fenomena ini tidak hanya saat malam hari, tetapi bahkan di siang hari meskipun langit sangat cerah.  Hal ini sering kali membingungkan: mengapa cuaca bisa tetap dingin padahal matahari bersinar terik?

Salah satu penjelasan ilmiahnya terletak pada proses adveksi udara dingin (Cold Air Advection -CAA) yang berasal dari Australia. Adveksi bukan sekadar istilah teknis — ia adalah mekanisme penting yang membantu menyeimbangkan energi Bumi secara global.


Ketidakseimbangan Energi dan Peran Adveksi

Bumi dipanaskan secara tidak merata oleh Matahari. Sepanjang tahun, wilayah tropis menerima lebih banyak energi daripada yang hilang, sedangkan lintang tinggi kehilangan lebih banyak energi daripada yang didapat.

Ketidakseimbangan energi ini diimbangi oleh proses pemindahan energi dalam atmosfer dan lautan, salah satunya melalui adveksi.



Apa Itu Adveksi?

Adveksi adalah proses pengangkutan sifat fisik atmosfer seperti suhu, kelembapan, atau vortisitas dari satu wilayah ke wilayah lain secara horizontal oleh angin.

Ini berbeda dengan proses adiabatik yang melibatkan gerakan udara secara vertikal, seperti saat udara naik ke gunung lalu mendingin.

Jenis adveksi berdasarkan suhu:

  • Adveksi udara hangat: udara dari wilayah hangat bergerak ke wilayah dingin → suhu naik.
  • Adveksi udara dingin: udara dari wilayah dingin bergerak ke wilayah hangat → suhu turun.



Kapan Adveksi Terjadi dan Seberapa Kuat?

Kekuatan adveksi ditentukan oleh:

  1. Kecepatan angin — makin kencang, makin kuat adveksi.
  2. Arah angin terhadap isotherm — adveksi maksimal terjadi saat angin tegak lurus terhadap isotherm.
  3. Kerapatan isotherm — makin rapat, makin besar perubahan suhu → makin kuat adveksi.
Ilustrasi kekuatan adveksi terkait arah terhadap isoline, kecepatan angin dan kerapatan isoterm
Gambar: http://ww2010.atmos.uiuc.edu

Untuk memahami bagaimana adveksi suhu bekerja, gambar di atas adalah ilustrasi sebuah peta cuaca dengan garis-garis horizontal (isoterm) yang menunjukkan suhu konstan (F), dan panah (vektor angin) yang menunjukkan arah dan kekuatan angin.


Gambar A – Adveksi Kuat
  • Panah angin panjang → angin bertiup kencang.

  • Arah angin tegak lurus terhadap isoterm.

  • Hasil: adveksi sangat kuat, karena arah angin optimal untuk memindahkan suhu secara horizontal, ditambah kecepatan angin yang tinggi.


Gambar B – Adveksi Lemah
  • Panah angin lebih pendek → angin bertiup lebih lemah.

  • Arah angin tetap tegak lurus terhadap isoterm.

  • Hasil: adveksi tetap terjadi, tetapi lebih lemah dibanding Gambar A karena anginnya tidak sekuat di Gambar A.


Gambar C – Tidak Ada Adveksi
  • Panah angin arah sejajar dengan isoterm.

  • Hasil: tidak terjadi adveksi suhu, karena tidak ada perpindahan suhu secara horizontal melintasi garis isoterm.



Apa Itu Isotherm?

Isotherm adalah garis pada peta cuaca yang menghubungkan titik-titik dengan suhu yang sama.

Garis ini membantu memvisualisasikan zona suhu dan mendeteksi adveksi hangat atau dingin berdasarkan arah angin terhadap isotherm.



Adveksi Udara Dingin dari Australia ke Indonesia

Saat musim dingin di Australia (Juni–Agustus) seperti gambar di bawah ini, udara dingin dari pedalaman benua tersebut terdorong ke utara oleh sistem tekanan tinggi.

Isoterm suhu bulan Juli berdasarkan ITACS. Panah menunjukkan penjalaran udara dingin

Angin ini melintasi Samudra Hindia dan mencapai wilayah selatan Indonesia seperti:
  • Jawa bagian selatan
  • Bali dan Lombok
  • Nusa Tenggara Timur

Wilayah-wilayah ini mengalami adveksi udara dingin yang menyebabkan penurunan suhu signifikan sepanjang hari.

Saat bergerak melewati lautan yang lebih hangat, udara ini mengalami pemanasan, tetapi tetap relatif kering. Karena kontras antara udara kering dingin dan permukaan laut yang hangat, terjadi peningkatan evaporasi.

Uap air dari wilayah evaporasi di lautan Indonesia dibawa oleh sirkulasi monsun musim panas Asia menuju anak benua India. alert-info


Dampak di Lapangan: Sejuk Sepanjang Hari

  • Suhu tetap rendah bahkan di siang hari.
  • Langit cerah, angin kencang dan kering.
  • Udara dingin menekan udara hangat → subsidence (gerakan tenggelam), yang juga menekan pertumbuhan awan. Inilah kenapa pada periode monsun Australia, sebagain besar wilayah Indonesia mengalam musim kemarau



Peran dalam Sistem Cuaca Global

Adveksi dingin juga merupakan bagian dari sistem transportasi energi global.

Contohnya:
  • Di belakang front dingin, adveksi dingin dominan.
  • Musim peralihan → perubahan suhu cepat akibat adveksi massa udara.
  • Adveksi dari Australia juga berkontribusi pada evaporasi di Samudra Hindia yang memicu hujan muson di India.



Ringkasan Dampak Adveksi Dingin

ElemenDampak
Arah anginDari Australia ke utara (menuju Indonesia)
Suhu wilayah selatan IndonesiaMenurun drastis (sepanjang hari sejuk)
Kondisi langitCerah, kering, berangin
Gerakan vertikal udaraSubsidence (tenggelam)
Sistem cuaca terkaitAntisiklon Australia, Monsun Asia




Kesimpulan: Mengenali Tanda-Tanda Adveksi Dingin

Perubahan suhu besar dalam waktu singkat, langit cerah namun udara sejuk di siang hari, dan angin dari selatan adalah indikator kuat terjadinya adveksi udara dingin.

Mengenali pola ini penting untuk:

  • Monitoring musim kemarau
  • Prediksi suhu ekstrem
  • Perencanaan pertanian dan energi
  • Edukasi masyarakat tentang dinamika cuaca tropis


Adveksi bukan hanya istilah ilmiah — ia adalah jantung dari sistem sirkulasi atmosfer dunia, dan di Indonesia, ia adalah penanda khas musim kemarau yang sejuk di selatan.


Referensi:
  • https://www.weather.gov/lmk/winterpt1
  • https://www.meted.ucar.edu/ams/wim_2014/4a.html
  • https://www.e-education.psu.edu/meteo3/l3_p7.html
  • https://blog.weather.us/advection-what-is-it-and-why-is-it-important/
  • http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/mtr/af/adv/cadv.rxml
  • https://www.weather.gov/source/zhu/ZHU_Training_Page/Miscellaneous/omega/omega.html
  • https://dr.ntu.edu.sg/bitstream/10356/98970/1/25.%20Teleconnection%20between%20Australian%20winter%20temperature%20and%20Indian.pdf

Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan dan digunakan untuk operasional blog ini.

Jika menurut anda artikel ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

0 Comments