BSISO sebagai salah satu mode variabilitas iklim


Climate4life.info - BSISO singkatan dari The Boreal Summer Intraseasonal Oscillation atau secara terjemahan lepas berarti osilasi intraseasonal saat musim panas. 

BSISO digolongkan dalam skala waktu intraseasonal karena peredaran atau siklusnya kurang dari 1 tahun atau hanya sekitar 30-60 hari. 

Mode variabilitas dalam skala waktu tahunan disebut interannual. BSISO umumnya dominan aktif pada saat musim panas di Bumi Belahan Utara (BBU) khususnya di Asia, sehingga disebut Boreal Summer.

Secara ringkas karakteristik Boreal Summer Intraseasonal Oscillation - BSISO [1] sebagai berikut:
  • Skala waktu 30-60 hari dan dua mingguan
  • Arah perambatan ke utara-barat laut
  • Memengaruhi awal dimulai monsun, fase break monsun dan rata-rata periode monsun.
  • Dapat dijadikan rujukan prakiraan iklim khususnya curah hujan dan sirkulasi atmosfer ekstratropis.
  • Dipantau menggunakan indeks BSISO


BSISO dan Variabilitas Iklim

BSISO memengaruhi kondisi atmosfer pada tiga hal,  di mana hasil akhirnya kemudian  tentunya akan memengaruhi variabilitas iklim.  Hal ini dapat kita amati pada gambar berikut.

BSISO dan kaitannya dengan variabilitas iklim
BSISO dan kaitannya dengan variabilitas iklim  [1]


Gambar di atas menjelaskan tiga dampak yang berkaitan dengan BSISO yang kemudian akan berpengaruh pada variabilitas iklim, yaitu :
  1. Warna hijau adalah wilayah yang mengalami kondisi basah dan kering yang akan silih berganti.
  2. Warna biru tua adalah wilayah di mana BSISO memengaruhi aktivitas monsun.
  3. Warna merah merupakan wilayah di mana BSISO memodulasi aktivitas siklon tropis.

Merujuk pada gambar di atas, BSISO  kemudian menjadi sebagai salah satu mode variabilitas iklim yang digunakan untuk menganalisis kaitan kejadian curah hujan ekstrem,  seperti tersaji pada gambar berikut.

BSISO dan kaitannya dengan probabilitas kejadian hujan ekstrem
BSISO dan kaitannya dengan probabilitas kejadian hujan ekstrem [2]


Gambar di atas menyajikan anomali curah hujan di kawasan Asia Timur yang bersesuaian dengan fase BSISO serta box plot grafik densitas curah hujan perhari.  

Penjelasannya bahwa pada saat BSISO aktif pada fase 2-4 peluang kejadian hujan ekstrem di Asia Timur meningkat 30-50 % dibandingkan dengan kejadian tanpa BSISO. Hal ini ditunjukkan oleh warna merah pada gambar kiri dan boxplot yang berwarna coklat muda pada gambar kanan. 

BSISO dan kaitannya dengan variabilitas iklim di Indonesia juga dibahas oleh Akhmad Faqih and Desiana Nurussyifa [3] dalam jurnalnya yang membahas variabilitas curah hujan di Sumatera Utara dalam kaitannya dengan BSISO. 

Keduanya menyebutkan bahwa berdasarkan analisis spektral kejadian hujan ekstrem di Sumatera Utara selama Mei-Oktober erat kaitannya dengan fenomena BSISO. 

Kejadian hujan ekstrem pada percentile 90 dan 95 umumnya terjadi pada fase 1,2 dan 3 pada indeks BSISO 1 dan pada fase 1 dan 2 untuk indeks BSISO 2. Hal ini tersaji pada gambar berikut.

BSISO dan percentil curah hujan harian di Sumatera Utara [3]



Perbedaan BSISO dengan MJO

BSISO secara umum memiliki kemiripan dengan MJO namun lebih kompleks karena penjalaran BSISO masuk lebih jauh ke BBU sekitar 10-20° LU dari arah rambatannya di sepanjang khatulistiwa

Perbedaan luas rambatan BSISO dan MJO  sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

Area perambatan MJO versus BSISO [4]


Perbedaan utama MJO dengan BSISO adalah waktu terjadinya,  MJO  dominan aktif saat musim dingin di BBU sedang BSISO dominan aktif pada saat musim panas di BBU, seperti terlihat pada grafik berikut.

Periode aktif BSISO dan MJO [4]


Gambar di atas menunjukkan BSISO dominan berperan pada variabilitas iklim mulai Mei sampai dengan November dengan puncaknya pada JJA yang merupakan periode musim panas di BBU. 

Adapun MJO dominan berperan pada variabilitas iklim pada fase DJF yang merupakan periode musim dingin di BBU.


Monitoring BSISO

BSISO dipantau menggunakan dua indeks secara real-time yaitu BSISO1 dan BSISO2.  

Indeks BSISO1 dan BSISO2 dihitung berdasarkan analisis fungsi multivariat empiris orthogonal (MV-EOF) anomali harian dari Outgoing Longwave Radiation (OLR) dan angin zonal pada lapisan di 850 hPa (U850) di wilayah 10° S - 40° LU dan 40°-160° BT

Periodenya adalah selama musim panas hingga akhir musim dingin yaitu Mei-Oktober di BBU   selama periode 30-tahun 1981-2010. 

Indeks tersebut dinyatakan dalam diagram berikut. 

Diagram BSISO [5]


PC1 dan PC2 pada BSISO1 merupakan komponen utama kesatu dan kedua  yang merupakan analisis dari MV-EOF sebagai repsentasi variabilitas yang berkenaan dengan MJO dengan arah penjalaran ke utara dan timur dalam waktu 30-60 hari.

Sel-sel yang dibentuk oleh peredaran BSISO1 mirip dengan penjalaran gelombang Rossby. PC1 dan PC2 menunjukkan varians musiman yang kuat pada Mei hingga Oktober.

Identifikasi BSISO2 berdasarkan  komponen ketiga dan keempat (PC3 dan PC4) di mana keduanya merupakan gambaran variabilitas pada arah utara - barat laut dalam waktu 10-30 hari yang umumnya pada periode awal musim hujan.

Sel-sel pada BSISO2 lebih memanjang mengarah ke timur dibanding sel pada peredaran BSISO1.

PC3 dan PC4 menunjukkan varians terkuat pada akhir Mei sampai dengan awal Juli. BSISO2 menggambarkan modulasi waktu awal monsun India dan Laut Cina Selatan.

BSISO1 dan BSISO2  cukup handal untuk menggambarkan sebagian besar variabilitas intraseasonal di wilayah Monsun Asia, untuk mewakili penjalaran variabilitas konvektif pada arah utara dan arah barat laut dari real-time multivariat MJO (RMM) indeks Wheeler dan Hendon.

Fase penjalaran BSISO secara  spasial akan seperti terlihat di bawah ini.

Fase penjalaran BSISO [2]


Pada gambar di atas menunjukkan penjalaran BSISO yang lebih kompleks dibanding MJO. Kompleksitas tersebut terlihat bagaimana penjalaran BSISO cukup berbeda pada periode Mei. 

Juni dan Juli dengan penjalaran pada Agustus, September dan Oktober.

Demikian uraian BSISO sebagai salah satu mode variabilitas iklim, semoga bermanfaat.


----------------------------------
Referensi dalam artikel BSISO sebagai salah satu mode variabilitas iklim ini bersumber dari PPT saat ASEANCOF 2015 di Singapura dan dari:


------------------------------------

Dukung Kami
Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan yang ada dan digunakan untuk operasional blog ini.
Jika menurut anda artikel pada blog ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

6 Comments

  1. ini pelajaran bagamana mengetahui siklus alam ya Mas, cocok buat para siswa sekolah nih, saya mah dah tua dah nggak sekolah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe.. justru anak sekolah gak ngeh ini mas :)

      Delete
  2. Menarik, menambah pengetahuan para analis cuaca/iklim tentang salah satu fenomena intramusiman, yg mngkin masih jarang digunakan utk prakiraan

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.