Climate4life.info - Mengenal Pengamatan dan Jenis Radiasi Matahari
Radiasi matahari merupakan salah satu unsur utama meteorologi yang menentukan pola cuaca dan iklim di seluruh dunia. Intensitas radiasi
matahari yang mencapai atmosfer dan permukaan bumi menandakan jumlah energi
yang menjadi ‘bahan bakar’ dari setiap fenomena cuaca dan iklim.
Selain itu, parameter intensitas radiasi matahari juga merupakan salah satu unsur penting dalam layanan iklim di berbagai sektor terapan, diantaranya sektor energi, agrikultur, hingga kesehatan. Dalam sektor energi, intensitas radiasi yang diterima di setiap wilayah berpengaruh pada jumlah permintaan energi (energy demand) di wilayah tersebut.
Pada sektor pertanian, jumlah radiasi yang diterima
dalam periode tertentu juga menentukan tingkat evapotranspirasi tanaman, yang
pada akhirnya memiliki andil dalam menentukan jumlah produksi tanaman
pertanian.
Contoh contoh di atas menunjukkan potensi eksplorasi dan pemanfaatan
data radiasi matahari di bidang meteorologi dan klimatologi.
Kendati demikian, data radiasi matahari masih cukup jarang
ditinjau, khususnya di wilayah Indonesia. Beberapa faktor yang menyebabkan ini
diantaranya adalah data intensitas radiasi matahari yang masih cukup sulit
didapatkan dan kurang umumnya pengetahuan mengenai radiasi matahari.
Mengapa Bisa Timbul Radiasi
Pada dasarnya setiap benda akan memancarkan radiasi yang bergantung pada suhu benda tersebut. Untuk menghitung tingkat pancaran radiasi sebagai suatu fungsi dari suhu benda digunakan Persamaan Stefan-Boltzmaan seperti berikut.
R = 𝞮𝞼T⁴
Di mana:
- R = pancaran (flux) radiasi (W/m² = J/m².s)
- 𝞮 = emisivitas benda (0<𝞮<1)
- 𝞼 = konstanta Stefan-Boltzmann (5,67032 x 10^-8 W/m².K⁴)
- T = suhu dalam K
Matahari memancarkan radiasi yang sangat besar karena suhunya yang sangat tinggi. Bagian terpanas dari matahari yang merupakan hasil dari reaksi nuklir (fisi dan fusi), adalah intinya dengan suhu sekitar 19.450.000 ⁰C.
Permukaan matahari yang disebut juga photosphere memancarkan panas dan radiasi dengan suhu mencapai 5.500 ⁰C. Dengan menganggap matahari sebagai suatu benda hitam sempurna dalam mengabsorbsi dan memancarkan radiasi (𝞮 = 1), tingkat radiasi yang dipancarkan adalah:
- 5,67032 x 10^-8 x (5.500 + 273)⁴
atau setara dengan:
- 62,98 MW/m² = 62,98 MJ/m².s
Jenis dan Satuan Radiasi Matahari
Dalam ilmu fisika, radiasi matahari didefinisikan dalam beberapa jenis dengan satuan yang berbeda, bergantung konteks penggunannya, seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
|
Definisi terminologi dan satuan radiasi yang biasa digunakan Sumber: SM Sitompul - Radiasi dalam Agroforestri |
Jenis Pengamatan Radiasi Matahari Oleh BMKG
BMKG sebagai lembaga yang salah satu fungsi utamanya adalah pengamatan dan pengolahan data data meteorologi dan klimatologi di Indonesia, sudah mulai memperluas jaringan dan meningkatkan kapasitas pengamatan radiasi matahari selama beberapa tahun terakhir, khususnya pengamatan radiasi gelombang pendek (shortwave radiation).
Secara garis besar, radiasi matahari yang diamati BMKG
terdiri dari beberapa jenis, diantaranya radiasi langsung, radiasi baur,
radiasi global, radiasi pantulan, dan durasi penyinaran matahari. Setiap jenis
radiasi diamati menggunakan instrumen dan tata letak yang berbeda-beda.
Pada
kondisi cerah, radiasi yang diterima di puncak atmosfer rata rata sebesar 1367
W/m2, namun hanya sebagian yang mencapai permukaan bumi.
Ketika
radiasi matahari memasuki atmosfer bumi, beberapa jenis proses terjadi, yakni
pembauran (scattering), penyerapan (absorption), dan pembelokan (reflection),
baik oleh partikel padat, gas, dan cair yang ada di atmosfer [1]. Proses proses
inilah yang membedakan jenis jenis radiasi seperti disebutkan sebelumnya.
|
Gambar 1. Ilustrasi proses yang terjadi di atmosfer terhadap radiasi matahari. |
Neraca Kesetimbangan Energi Panas
Besarnya energi radiasi matahari yang mencapai bumi dan yang dikembalikan lagi ke angkasa disebut neraca kesetimbangan energi.
Dari semua energi matahari yang mencapai bumi, sekitar 30% dipantulkan kembali ke luar angkasa oleh atmosfer, awan, dan permukaan Bumi. 23% energi lainnya diserap oleh uap air, awan, dan debu di atmosfer, di mana ia diubah menjadi panas.
Kurang dari setengahnya yaitu sekitar 47% dari radiasi matahari yang masuk, diserap oleh daratan dan lautan, dan energi ini kemudian akan memanaskan permukaan bumi.
Energi yang diserap oleh bumi dan kemudian kembali ke atmosfer umumnya melalui tiga proses yaitu konduksi, radiasi, dan panas laten.
Radiasi Langsung (Direct Radiation)
Sesuai dengan namanya, radiasi langsung memiliki makna
radiasi yang mencapai permukaan bumi dengan jumlah ‘gangguan’ se-minimum
mungkin, atau dengan kata lain, radiasi yang diterima langsung dari matahari.
Radiasi
langsung bisanya diidentifikasi sebagai jumlah radiasi yang datang dari sudut
datang matahari, sehingga dianggap tidak mengalami proses penyerapan ataupun
pembelokan dalam perjalanannya. Besaran radiasi langsung biasanya sangat bergantung
dengan posisi tutupan awan.
|
Gambar2. Contoh distribusi data radiasi langsung di Stasiun Klimatologi Jambi [2] |
Radiasi langsung biasanya diukur menggunakan pyrheliometer.
Pyrheliometer digunakan untuk mengukur berkas sinar matahari langsung yang dipasang
beriringan dengan sun tracker untuk mengarahkan sensor ke arah sudut
datang matahari.
Pyrheliometer didesain untuk mengikuti sudut normal matahari.
Hal ini dimungkinkan dengan terpasangnya GPS yang menghitung koordinat alat dan
waktu pengamatan, dimana data data tersebut digunakan dalam perhitungan posisi
relatif matahari.
|
Gambar 3. Pyrheliometer di Stasiun Klimatologi Jambi [2] |
Radiasi Baur (Diffuse Radiation)
Jika radiasi langsung merupakan
radiasi yang diterima dari sudut datang matahari, maka radiasi baur adalah
seluruh radiasi matahari yang diterima dari segala sudut kecuali sudut datang
matahari.
Besaran ini merepresentasikan jumlah radiasi matahari yang mengalami
proses pembauran dan penyerapan di atmosfer. Nilai radiasi baur cenderung lebih
besar saat kondisi berawan.
|
Gambar 4. Contoh distribusi data radiasi baur di Stasiun Klimatologi Jambi [2] |
Radiasi baur bisanya diukur dengan menggunakan pyranometer
yang dipasang secara horizontal, dan dilengkapi dengan komponen berbentuk
‘lengan’ yang mengikuti posisi matahari, yang biasa disebut sun tracker,
di mana fungsinya adalah untuk menghalangi radiasi yang datang langsung dari
matahari.
Alat ini biasanya dipasang berdampingan dengan pyrheliometer.
|
Gambar 5. Pyranometer radiasi baur di Stasiun Klimatologi Jambi [2] |
Radiasi Global (Global Radiation)
Radiasi global merupakan total seluruh radiasi matahari yang
mencapai permukaan bumi, yang terdiri dari komponen radiasi langsung dan
radiasi baur. Besaran radiasi global biasanya dapat dihitung secara teoretis
menggunakan rumus berikut:
Di mana SZA (solar zenith angle) merupakan sudut yang
dibentuk antara sudut datang matahari dan sudut zenith, seperti ditunjukkan
dalam gambar di bawah.
|
Gambar 6. Ilustrasi mengenai solar zenith angle |
Radiasi global biasanya diukur menggunakan pyranometer yang
menghadap ke langit dan dipasang secara horizontal.
Radiasi Pantul (Reflected Irradiance)
Sesuai dengan namanya, radiasi pantul mengacu pada jumlah
radiasi matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Radiasi pantul biasanya
diukur dengan pyranometer yang dipasang menghadap permukaan bumi.
Meskipun
dipasang menghadap permukaan bumi, alat ini hanya akan mengukur radiasi
matahari yang dipantulkan bumi, tapi tidak termasuk radiasi yang diemisikan
bumi, karena radiasi yang dipancarkan bumi memiliki panjang gelombang yang
lebih panjang daripada yang dapat diukur pyranometer (longwave radiation).
|
Gambar 7. Pyranometer yang mengukur radiasi global (atas) dan radiasi pantul (bawah) di Stasiun Klimatologi Jambi [2] |
Lama Penyinaran Matahari (Sunshine Duration)
Selain intensitas radiasi
matahari, kita juga dapat mengukur parameter lain dari radiasi matahari, yang
biasa disebut dengan lama penyinaran matahari. Lama penyinaran matahari
merupakan kuantitas yang menunjukkan durasi waktu dimana radiasi matahari langsung
(direct irradiance) yang mencapai permukaan bumi melampaui ambang nilai
tertentu.
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur lama penyinaran
matahari adalah campbell stokes sunshine recorder yang dilengkapi dengan
pias khusus, dimana ambang batas nilai radiasi (radiasi langsung/ direct
irradiance) yang digunakan untuk menghitung lama penyinaran matahari adalah 120
W/m2 [3].
Lama penyinaran matahari dihitung berdasarkan panjang ruas
kertas pias yang terbakar. Selain itu, lama penyinaran matahari juga dapat
dihitung dengan mengolah data yang dikeluarkan oleh pyrheliometer, sesuai definisi yang dibuat WMO.
|
Gambar 8. Contoh hasil pengukuran menggunakan campbell stokes [4]. Total lama penyinaran matahari dapat dilihat dari panjang ruas kertas yang terbakar. |
Demikianlah beberapa jenis
parameter radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi, meskipun masih
terdapat beberapa jenis radiasi matahari lainnya yang belum tercakup dalam
artikel ini, seperti radiasi gelombang panjang yang biasanya diukur dengan
pyrgeometer.
Semoga dengan bertambahnya pengetahuan kita mengenai unsur
meteorologi yang satu ini dapat meningkatkan minat dalam pengolahan dan
pemanfaatan data radiasi matahari di wilayah Indonesia.
Referensi
- Kafka,
J. and Miller, M., 2019. A climatology of solar irradiance and its controls
across the United States: Implications for solar panel orientation. Renewable
Energy, 135, pp.897-907.
- Sianturi, Y., 2021: Pengukuran dan Analisa Data Radiasi Matahari di Stasiun
Klimatologi Muaro Jambi. Megasains, 12, 40-47,
doi:10.46824/megasains.v12i1.45.
- 2018: Guide to
meteorological instruments and methods of observation. World Meteorological
Organization, Geneva, Switzerland,.
- Hamdi S., 2014. Mengenal Lama
Penyinaran Matahari Sebagai Salah Satu Parameter Klimatologi. Berita
Dirgantara, Vol. 15 (1).
9 Comments
Jenis-jenis radiasi ternyata banyak ya. Tapi apa radiasi ini yang juga mempengaruhi efek rumah kaca dan peningkatan suhu bumi?
ReplyDeletemakasih sharingnya
ReplyDeleteHadir menyimak
ReplyDeleteterimakasih atas artikelanya
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Deletesiip deh.... nambah nambah wawasan...
ReplyDelete👍👍👍
Disayangkan sudah tidak aktif ngeblog dan tidak interaktif. Kunjungan terakhir di blog ini
ReplyDeleteIlmu kayak gini harus dilbaca bener-bener. thank mas
ReplyDeleteMampir kesini jadi tahu jenis radiasi. Semula tahunya hanya radiasi di pagi sama sore hari, ternyata banyak. Thank you (^^)
ReplyDeleteTerima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.