Pengertian Hujan dan Curah Hujan

Climate4life.info - Artikel tentang hujan dan curah hujan ini untuk mengulas fenomena cuaca berupa hujan dan konsep curah hujan dalam pengukuran kuantitas hujan.




Pengertian Hujan

Hujan merupakan parameter sekaligus fenomena cuaca.

Sebagai parameter hujan dapat diukur kuantitasnya dan sebagai fenomena, hujan terlihat secara visual, seperti juga kabut, asap dan lainnya.

Adapun suhu udara, kelembapan dan radiasi matahari disebut sebagai parameter cuaca karena hanya bisa diukur kuantitas tanpa bisa terlihat secara visual.

Di wilayah dengan ciri iklim tropis seperti Indonesia di mana suhunya selalu hangat sepanjang tahun presipitasi lebih dikenal sebagai hujan.

Hal ini karena sangat jarang terjadi presipitasi yang sampai ke permukaan tanah dalam bentuk jatuhan keping es.

Meskipun jarang, kejadian presipitasi dalam bentuk es pernah terjadi di Surabaya dan beberapa kota lainnya pernah terjadi di Indonesia.

Hujan adalah salah satu bentuk presipitasi, yaitu jatuhan hydrometeor yang sampai ke bumi dalam bentuk cair. Bentuk presipitasi lainnya ialah salju dan es yang fasanya padat.

Bentuk-bentuk presipitasi | 
Gambar: https://forestrypedia.com/precipitation-origin-formation-forms-and-measurement/


Hujan (rain) adalah presipitasi yang sampai ke bumi dalam fasa cair. Sleet merupakan gabungan butir air dan es.

Hail dikenal di Indonesia sebagai hujan es, di mana butirannya saat sampai ke permukaan bumi masih dalam fasa padat atau dalam kepingan es.

Adapun salju (snow) berbentuk kristal es halus, merupakan jenis presipitasi yang hanya terjadi di daerah subtropis atau pada tempat yang tinggi seperti pegunungan Jayawijaya di Papua.




Jenis-jenis Hujan

Tjasyono (1992), membagi tipe hujan menjadi 3 tipe hujan yaitu hujan konvekti, hujan orografis dan hujan frontal atau siklonis.

 

1. Hujan konvektif

Hujan ini merupakan hujan yang paling umum yang terjadi di daerah dengan ciri iklim tropis.

Proses terbentuknya hujan konvektif |
Gambar: https://www.thoughtco.com/


Panas menyebabkan udara naik ke atas kemudian mengembang dan secara dinamika menjadi dingin kemudian berkondensasi yang selanjutnya akan jatuh sebagai hujan.


Proses ini khas untuk terjadinya badai guntur yang terjadi di siang hari yang menghasilkan hujan lebat pada daerah yang sempit. Badai guntur lebih sering terjadi di lautan dari pada di daratan. 



2. Hujan orografis

Hujan ini terjadi karena adanya penghalang topografi, udara dipaksa naik kemudian mengembang dan mendingin terus mengembun, selanjutnya dapat jatuh sebagai hujan.

Proses terbentuknya hujan orografis  |
Gambar: https://www.britannica.com


Bagian lereng yang menghadap angin hujannya akan lebih lebat dari pada bagian lereng yang ada dibelakangnya.


Curah hujannya berbeda menurut ketinggian, biasanya curah hujan makin besar pada tempat-tempat yang lebih tinggi sampai suatu ketinggian tertentu. 



3. Hujan frontal dan siklonis

Hujan frontal terjadi karena ada front panas, awan yang terbentuk biasanya tipe stratus dan biasanya terjadi hujan rintik-rintik dengan intensitas kecil.
Terbentuknya hujan karena pertemuan massa udara panas dan dingin |
Gambar: https://images.twinkl.co.uk/


Sedangkan pada front dingin awan yang terjadi ialah biasanya tipe cumulus dan cumulunimbus dimana hujannya lebat dan cuaca yang timbul sangat buruk.

Hujan front ini tidak terjadi di Indonesia karena di Indonesia tidak terbentuk front udara panas dan dingin.

Adapun Siklon tropis hanya dapat tumbuhl di daerah tropis antara > 10° lintang utara dan selatan dan tidak berkaitan dengan front, karena siklon ini berkaitan dengan sistem tekanan rendah.


Siklon tropis dapat timbul di lautan yang panas, karena energi utamanya diambil dari panas laten yang terkandung dari uap air. Siklon tropis akan mengakibatkan cuaca yang buruk dan hujan yang lebat pada daerah yang dilaluinya.




Arti Curah Hujan

Pada dasarnya yang disebut curah hujan adalah volume air hujan dibagi luas alasnya. Jika dirumuskan sebagai berikut:
-------------------
h = V/A
-------------------
di mana:
  • h = tinggi air hujan (mm)
  • V = volume air hujan (mm3)
  • A = luas alas penampung (mm2)

Karena merupakan perbandingan volume dan luas alas maka berapapun luasnya, jika PADA HUJAN YANG SAMA, tinggi air hujan (curah hujan) akan SELALU SAMA.

Yang berbeda adalah VOLUME air hujannya.


Lalu apa arti curah hujan 1 milimeter?

Curah hujan menyatakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.


Curah hujan 1 (satu) milimeter berarti bahwa pada luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. 

Ilustrasi arti 1 milimeter curah hujan


Perhitungannya sebagai berikut :
=> tinggi hujan 1 mm x luasan alas dengan panjang 1 m x  lebar 1 m
=> 0,001 m x 1 m2
=> 0,001 m3
=> 1 liter

Karena merupakan perbandingan volume dan luas alas maka berapapun luasnya, jika PADA HUJAN YANG SAMA, tinggi air hujan (curah hujan) akan SELALU SAMA. 

Yang berbeda adalah VOLUME hujan tersebut.

Jadi jika hujan 1 mm tersebut jatuh pada luasan 2 m² maka volume air hujan adalah 2 liter, dan seterusnya.



Alat Ukur Curah Hujan

Curah hujan diukur menggunakan penakar hujan yang disebut ombrometer atau juga penakar hujan observatorium. Alat ukur hujan jenis ini merupakan alat ukur cuaca manual.

Alat ukur hujan ombrometer dan jenis Hellman


Selain alat ukur hujan manual tersebut terdapat alat ukur hujan otomatis seperti jenis Hellman dan juga alat ukur hujan digital seperti Automatic Rain Gauge.


Curah hujan diukur setiap pukul 07 pagi hari waktu setempat, dan hasilnya dicatat sesuai tanggal saat pengamatan dilakukakan.




Curah Hujan dan Tanaman

Prawirowardoyo (1996) menyebutkan bahwa curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang paling sering digunakan dalam klasifikasi iklim di suatu tempat. 

Hal ini karena curah hujan merupakan faktor penentu sekaligus faktor pembatas pada kegiatan pertanian.


Oleh karena itu klasifikasi iklim di Indonesia dan juga di wilayah Asia Tenggara lainnya menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan, 2002). 

Pertanian hanya dapat dilaksanakan pada daerah-daerah yang mendapat curah hujan tahunan lebih dari 450 mm (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).

Apabila curah hujan kurang dari 300 mm maka pertanian hanya mungkin dilakukan dengan bantuan pengairan dari sungai.

Peta klasifikasi iklim Oldeman unuk pertanian yang disusun berdasarkan curah hujan |
Gambar: http://balai3.denpasar.bmkg.go.id/klasifikasi-iklim 



Dalam kegiatan pertanian hujan sendiri juga merupakan faktor yang memegang peranan penting pertumbuhan dan produksi tanaman pangan .

Hal ini disebabkan air hujan yang jatuh ke tanah berperan sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar dan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya.


Fotosintesis akan menurun apabila 30% kandungan air yang diangkut dari tanah oleh akar ke dalam daun hilang, kemudian proses fotosintesis akan berhenti apabila kehilangan air mencapai 60% (Griffiths, 1976 dalam Kartasapoetra, 1993). 

Demikian ulasan tentang arti hujan, jenis-jenisnya dan juga arti curah hujan dalam takaran milimeter.

Dukung Kami
Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan yang ada dan digunakan untuk operasional blog ini.
Jika menurut anda artikel pada blog ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

5 Comments

  1. Saya mengerti sekarang arti hujan 1mm hehe..

    ReplyDelete
  2. oooo jadi maksudnya curah hujan seperti ini ya, 1 mm x luasan alas dengan panjang 1 m x lebar 1 m. Saya mikirnya, 1 mm itu dihitung ya tinggi air yang sampai di permukaan tanah (tanpa melibatkan batasan panjang dan lebar)

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mba, 1 milimeter merupakan ukuran tinggi air. Jika kita mendapatkan luasan tertentu maka kita dapat menghitung volume air hujan yang sampai di tanah

      Delete
  3. Ternyata ada rumusnya juga itu curah hujan

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.