Kaitan Musim terhadap Variasi Suhu, Titik Embun, Kelembapan

Climate4life.info - Kaitan musim terhadap variasi suhu, titik embun, kelembapan.

Tulisan tentang Kaitan Musim terhadap Suhu, Titik Embun, Kelembapan ini merupakan lanjutan dari artikel Udara pada musim kemarau justru lebih banyak menampung uap air.

Juga untuk menjawab komentar dari mas Albert Nahas.

Sebelumnya terima kasih sebesar-besarnya buat mas Albert atas komentarnya yang membuat saya harus membongkar data dan literatur. Hehe...



Saya merasa perlu menjawab dalam bentuk artikel karena ingin menyertakan beberapa grafik sebagai alat bantu. 

Buat pembaca Climate4life.info, mungkin sebelum lanjut bisa membaca artikel-artikel terkait sebelumnya yaitu:



Mari kita lanjut.

Pertama bagaimana kaitan musim dengan variasi  suhu dan kelembapan


Gambar 1. Normal Curah Hujan Bulanan di Manado (Sumber BMKG)


Berdasarkan Gambar 1, nampak pola hujan di Manado adalah monsunal dengan puncak pada Januari dan terendah pada Agustus. 

Berdasarkan kriteria musim dengan treshold 150mm/bulan maka, musim kemarau di Manado cukup pendek yaitu hanya 3 bulan, Juli, Agustus dan September. 

Sembilan bulan lainnya merupakan periode musim hujan.

Gambar 2. Normal Suhu dan Kelembapan Relatif di Manado (Sumber BMKG)



Jika kita kaitkan Gambar 1 dengan Gambar 2, pertama suhu udara mencapai maksimum pada musim kemarau (Juli-Sep) sebaliknya kelembapan relatif (RH) justru mencapai minimumnya pada fase tersebut. 

Perlu diingat lagi RH tidak mencerminkan jumlah uap air, namun hanya menggambarkan seberapa dekat udara untuk mencapai titik jenuhnya. 

Kedua, mengapa suhu udara mencapai maksimum pada musim kemarau, faktor terbesar adalah gerak semu matahari, di mana saat di Manado sedang mengalami musim kemarau bertepatan posisi matahari berada di Belahan Bumi Utara (BBU).


Lalu apa hubungan suhu tinggi dengan kemampuan menampung uap air? 

Semakin tinggi suhu udara, maka semakin tinggi pula kemampuan menampung uap air. Hal ini terjadi karena semakin tinggi suhu udara, maka suhu titik embun semakin tinggi pula. 

Ingat... Td yang tinggi mengindikasi jumlah uap air yang tinggi dan sebaliknya Td rendah berarti rendah pula jumlah uap airnya. 

Perhatikan gambar berikut.

Gambar 3.Suhu Vs Titik Embun 15-16 September 2014 di Manado (Sumber BMKG)


Grafik pada Gambar 3 menyajikan pola suhu dan titik embun selama 24 jam pada tanggal 15-16 September 2014. Tanggal tersebut dipilih karena cuaca pada saat itu cerah, dengan perawanan <5 oktaf. 

Hal ini untuk meminimalisir bias suhu titik embun jika tiba-tiba perawanan berubah ataupun jika terjadi hujan. Secara umum, kenaikan suhu udara akan diikuti oleh kenaikan suhu titik embun dan sebaliknya.

Sekarang perhatikan hubungan suhu dan kelembapan pada tanggal yang sama.

Gambar 4. Suhu Vs RH 15-16 September 2014 di Manado (Sumber BMKG)


Jika kita kembali kepada penjelasan bahwa  pada jumlah uap air yang tetap, penurunan suhu udara akan meningkatkan RH dan sebaliknya, maka grafik di atas sudah cukup jelas.

Dengan asumsi tidak ada perubahan uap air di atmosfer karena udara cerah sepanjang hari, maka saat suhu udara mencapai maksimum, RH menjadi turun.

Pada pagi hari ketika suhu udara minimum maka RH mencapai maksimum. Lalu apakah RH maksimum hanya terjadi pada pagi hari ketika suhu minimum? Tentu tidak.

Pada siang hari saat udara cukup tinggi, kemudian terjadi penambahan uap air di atmosfer baik melalui pemanasan lokal ataupun karena sirkulasi udara, maka suhu titik embun akan naik.

Ketika suhu titik embun naik mendekati suhu udara, maka RH dipastikan akan ikut naik.

Nah kembali, ke pertanyaan mas Albert, kaitan dengan relatifitas hubungan T, Td dan RH yaitu:
  • Dalam skala mikrofisis di mana tidak ada faktor eksternal seperti masuknya uap air atau pola cuaca yang berubah karena pembentukan awan yang banyak, maka hubungannya memang akan menjadi sesederhana seperti penjelasan mas Albert.
  • Pada taraf makrofisis seperti adanya sirkulasi udara yang menyuplai uap air ataupun gerak semu matahari yang mempengaruhi suhu dan pola musim maka, hubungan T, Td dan RH akan menjadi seperti statistik yang saya jelaskan di atas.

Demikian, semoga bermanfaat.

Dukung Kami
Climate4life.info mendapat sedikit keuntungan dari penayangan iklan yang ada dan digunakan untuk operasional blog ini.
Jika menurut anda artikel pada blog ini bermanfaat, maukah mentraktir kami secangkir kopi melalu "trakteer id"?

Post a Comment

2 Comments

  1. Terima kasih atas ulasannya yang sangat terperinci. Jadi nggak enak karena merepotkan Bang Day untuk menggali data dan kemudian mengolahnya. Tapi di satu sisi menjadikan diskusinya semakin menarik ;)


    Kalau boleh kembali menanggapi artikel di atas, saya sependapat dengan bagian terakhir dari artikel tsb, yang merangkum seluruhnya. Memang pada dasarnya untuk membatasi kompleksnya dinamika atmosfer, ada berbagai asumsi yang harus dibuat utk menyederhanakan topik sasaran yang akan dibahas. Bukan bermaksud untuk mencari jalan pintas dengan membuat menjadi sederhana, tetapi untuk lebih memfokuskan pada informasi yang hendak didapatkan.

    Konsep dasar hubungan fisis antara temperatur dan tekanan (yg juga relevan utk TT, Td, dan RH) menjadikan saya berpikir bahwa hubungan antara keduanya tidak dibatasi pada persamaan gas ideal saja karena, ceteris paribus, hubungan p-T pada persamaan tersebut berbanding lurus. Dan kembali dari persamaan yg sama, ceteris paribus, korelasi p-V berbanding terbalik. Kedua konsep ini secara fisika bisa menjelaskan Gambar 2 dan Gambar 4 di atas. Namun jika kita menganalisisnya secara makrofisis, misalnya dengan menambahkan penentuan kesetimbangan energi radiasi matahari, ceritanya menjadi lebih seru.

    Hal ini yang membawa saya pada Gambar 3 dari studi kasus dua hari di Manado. Asumsi saya TTT merupakan temperatur rata-rata per jam dan profilnya identik dengan TDTD. Namun jika dicermati pada hari pertama terlihat adanya lag time antara kedua parameter sementara di hari kedua pergerakan keduanya lebih terlihat berbarengan. Mungkin jika bisa dilihat dari perbedaan antara TX dan TN pada setiap jamnya (atau bisa diambil nilai Diurnal Temperature Range tapi untuk data per jam) dan disandingkan dengan Td, kita bisa melihat karakteristik lain.

    Tapi jangan sampai Bang Day harus kembali repot lagi yaa.. Ini cuman experimental thought yang nanti di waktu luangnya bisa iseng-iseng dikerjakan.

    Sekali lagi terima kasih Bang Day.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha terima kasih mas Albert... pertanyaan2nya bikin saya sesak nafas :D.
      Sebenarnya P-T dan P-V tidak bisa displit, karena ketiganya memiliki interaksi berkaitan sekaligus.
      Next time mas Albert :)

      Delete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.