Climate4life.info - Halo sobat Alam dan Kehidupan... halo juga teman-teman komunitas cuaca dan iklim. Yuk kita membahas hal-hal kecil namun prinsip dalam meteorologi.
Ada 3 hal yang sederhana namun terkadang salah kaprah dalam aplikasinya. Apa saja ? mari kita bahas satu persatu.
1. Menganggap udara basah lebih berat daripada udara kering
Analogi yang sering dipakai adalah kain basah lebih berat dari kain kering. Memang betul. Namun udara basah dan udara kering adalah 2 objek dalam fasa gas. Pada suhu yang sama, maka udara basah akan lebih ringan dibanding udara kering. Mengapa ?
Mari kita hitung berat molekulnya.
Udara kering merupakan percampuran berbagai macam gas. Kita ambil yang paling dominan saja misalnya Oksigen (O2) atau Nitrogen (N2).
O memiliki berat atom = 16, maka berat molekul O2 = 16 x 2 = 32
N = 14, maka berat molekul N2 = 14 x 2 = 28.
Bandingkan berat molekul uap air (H2O)
H = 1 dan O = 16, maka berat molekul H2O = 1 x 2 + 16 = 18.
Sehingga semakin banyak uap air dalam satu paket udara maka paket udara tersebut akan semakin ringan. Hal ini penting dalam proses cuaca. Dengan beratnya yang lebih ringan, maka udara basah akan bergerak ke atas, mengembun, membentuk awan dan pada akhirnya menghasilkan hujan.
2. Menganggap setiap ada siklon tropis maka akan terjadi peningkatan hujan
Siklon tropis adalah badai berupa pusaran angin dengan skala ratusan kilometer yang umumnya terbentuk di samudera dekata ekuator. Pada wilayah yang dilaluinya akan dilanda angin kencang dan hujan deras.
Dalam konteks Indonesia yang secara teoritis tidak akan dilalui siklon tropis maka dampak langsung dari siklon tropis adalah angin kencang. Dampak tidak langsung adalah peningkatan atau pengurangan curah hujan. Kenapa disebut tidak langsung, karena siklon tropis akan menyebabkan perubahan pola angin. Dampak perubahan ini jika membentuk pola konvergensi maka akan meningkatkan curah hujan. Jika yang terbentuk pola divergen maka peluang hujan akan berkurang. Coba kita analisis dampak Siklon Tropis Uriah yang terjadi 13-24 Februari 2016.
Sikon Uriah tumbuh di Samudera Hindia di sebelah barat daya Indonesi dan bergerak ke arah timur. Pola angin yang terbentuk seperti di bawah ini.
Daerah yang diberi lingkaran merah menunjukkan pola angin yang menyebar (divergen). Bagaimana hujannya ? Perhatikan gambar berikut.
Daerah dengan warna biru mudah hingga biru tua, curah hujannya menunjukkan anomali negatif, artinya terjadi pengurangan curah hujan. Daerah tersebut sesuai dengan daerah yang pola anginnya divergen pada Gambar 4.
Jadi, siklon tropis belum tentu meningkatkan potensi curah hujan. Bergantung pada pola angin yang terbentuk.
Analogi yang sering dipakai adalah kain basah lebih berat dari kain kering. Memang betul. Namun udara basah dan udara kering adalah 2 objek dalam fasa gas. Pada suhu yang sama, maka udara basah akan lebih ringan dibanding udara kering. Mengapa ?
Mari kita hitung berat molekulnya.
Udara kering merupakan percampuran berbagai macam gas. Kita ambil yang paling dominan saja misalnya Oksigen (O2) atau Nitrogen (N2).
O memiliki berat atom = 16, maka berat molekul O2 = 16 x 2 = 32
N = 14, maka berat molekul N2 = 14 x 2 = 28.
Bandingkan berat molekul uap air (H2O)
H = 1 dan O = 16, maka berat molekul H2O = 1 x 2 + 16 = 18.
Gambar 1. Ilustrasi berat molekul
Sehingga semakin banyak uap air dalam satu paket udara maka paket udara tersebut akan semakin ringan. Hal ini penting dalam proses cuaca. Dengan beratnya yang lebih ringan, maka udara basah akan bergerak ke atas, mengembun, membentuk awan dan pada akhirnya menghasilkan hujan.
2. Menganggap setiap ada siklon tropis maka akan terjadi peningkatan hujan
Siklon tropis adalah badai berupa pusaran angin dengan skala ratusan kilometer yang umumnya terbentuk di samudera dekata ekuator. Pada wilayah yang dilaluinya akan dilanda angin kencang dan hujan deras.
Gambar 2. Siklon Tropis Kalmaegi 14 September 2014 (Sumber dari sini)
Dalam konteks Indonesia yang secara teoritis tidak akan dilalui siklon tropis maka dampak langsung dari siklon tropis adalah angin kencang. Dampak tidak langsung adalah peningkatan atau pengurangan curah hujan. Kenapa disebut tidak langsung, karena siklon tropis akan menyebabkan perubahan pola angin. Dampak perubahan ini jika membentuk pola konvergensi maka akan meningkatkan curah hujan. Jika yang terbentuk pola divergen maka peluang hujan akan berkurang. Coba kita analisis dampak Siklon Tropis Uriah yang terjadi 13-24 Februari 2016.
Gambar 3. Letak Siklon Uriah (Sumber : BoM)
Gambar 4. Pola angin tanggal 14,16,18 dan 20 Februari 2016 (Sumber BoM)
Daerah yang diberi lingkaran merah menunjukkan pola angin yang menyebar (divergen). Bagaimana hujannya ? Perhatikan gambar berikut.
Gambar 5 . Anomali curah hujan rata-rata 14-20 Februari 2016 (Sumber : Datasets JMA)
Daerah dengan warna biru mudah hingga biru tua, curah hujannya menunjukkan anomali negatif, artinya terjadi pengurangan curah hujan. Daerah tersebut sesuai dengan daerah yang pola anginnya divergen pada Gambar 4.
Jadi, siklon tropis belum tentu meningkatkan potensi curah hujan. Bergantung pada pola angin yang terbentuk.
3. Menggunakan informasi prakiraan angin untuk menganalisis cuaca/iklim
Sejatinya produk prakiraan angin digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi cuaca. Adapun untuk menganalisis kondisi cuaca, maka yang digunakan adalah produk angin analisis.
Penjelasan lengkap nyusul yah sobat... ^_^
Demikian sobat , 3 hal yang diabaikan sebagian besar Meteorologis. Semoga bermanfaat.
33 Comments
izin menyimak gan
ReplyDeletesilahkan mas bro
Deletemempelajari angin menarik juga y
ReplyDeletebegitulah mba hehehe
Deletewow pengamatan yg akurat.. keren, jd tau ilmu spt ini
ReplyDeletetrims mba :)
Deletemesti sering kesini nih, lumayan ilmu geonya mantep mas, saya perlu belajar siapa tahu bisa jadi peramal he..he...
ReplyDeleteperamal pake menyan kang :)
Deletewahahaha, mantap bro. dapet ilmu geografi campur kimia nih yak..
ReplyDeletebiar makin nikmat mas :)
Deletewah informatif banget nih bang day blognya. hehe
ReplyDeleteNICE :)
trims udah berkunjung...
Deletewaah keren mas ada angin puting beliung nya....
ReplyDeleteyang mana puting beliungnya ?
Deleteini termasuk pelajara fisika atau biologi ya mas...maklum dah hampir lupa soal ginian
ReplyDeletefisika kali yah. trims udah mampir mas
DeleteWaktu pelajaran geografi dulu gak begitu menarik bagi saya, tetapi aneh, makin lama saya mulai menyenangi ilmu seperti ini, bagi saya unik, menarik dan bikin penasaran. Terima kasih pengetahuanya
ReplyDeleteAlam memang sangat kompleks... Terima kasih atas kunjungannya.
Deleteyang poin nomer 1 bukan cuma tentang geografi saja ya, itu soal kimia..selama ini bnayak yang berpikiran kalau udara basah itu berat karena mengandung uap air, ternyata tidak sesederhana itu ya
ReplyDeletebetul mas.. Sebetulnya dalam hal atom dan senyawa, ada irisan besar kimia dan fisia.
DeleteIni Blog sarat ilmu.. Santapan anak kuliahan banget mas
ReplyDeletemakasih mba.. terima kasih udah berkunjung
DeleteIlmu yang berkaitan dengan astronomi perlu dipelajari....supaya tahu tanda tanda alam
ReplyDeletesip mas bro
DeleteEh, maaf..kalau udara basah menguap ke atas itu berarti matahari sedang terik2nya ya...ehm apa dalam keadaan panas terik masih bisa dikatakan udara basahkah? #benerantanyalho :D
ReplyDeleteselama ada uap air dalam udara tersebut, ya tetap dikatakan udara basah. contohnya saat matahari bersinar terik di atas lautan. kemudian terjadi penguapan. uap air yang naik ke atas itulah udara basah :)
DeleteEhm...jadi bukan karena cuacanya yang panas terus dikatakan udara kering ya
Deletebetul mba :)
DeleteIni pakar astronomi ini kayak nya....perlu belajar banyak sama bang Day....
ReplyDeletebukan pakar dan bukan astronomis bang :)
Deletemeteorologist sejati memang senior saya yang satu ini
ReplyDeleteaih jadi malu :)
DeleteMeluruskan yang belok ya mas, makasih banyak
ReplyDeleteSalam,
Senya
Terima kasih atas komentarnya. Mohon tidak meletakkan link hidup yah.